Saat itu tanggal 21 juli 2014, hari pertama aku bersama teman-teman sekelas terbaik lainnya mengikuti kelas belajar fotografi basic bersama IPSC. Aku mengawalinya dengan ikut kelas basic IPSC terlebih dahulu.
Di hari pertama itu kami diberi materi seputar fotografi. Aku akhirnya tahu ternyata fotografer-fotografer itu bukan hanya sekedar menjepret dan boom bisa bagus seperti itu. Aku benar-benar memulai pelajaran fotografi ini dari nol. Dari mengenal tombol-tombol yang ada di kamera, mengenal tata cara penggunaan dan merawatnya hingga mencoba langsung. Aku masih ingat sekali hal yang pertama aku coba yaitu melatih titik fokus pada objek yang dituju. Objeknya adalah 4 buah batre yang disusun berbaris dan kami diminta untuk meletakkan titik fokusnya di setiap batre itu secara bergilir. Dalam hal yang sangat sederhana itu aku sudah kesusahan. Aku benar-benar pesimis saat itu. Selain karna itu adalah yang pertama kalinya bagiku, juga aku adalah murid yang paling muda diantara mereka. Diantara mereka juga bahkan sudah ada yang sudah biasa menggunakan kamera sebelumnya. Mereka ikut hanya ingin memperdalaminya lagi.
Di hari keduanya kami langsung hunting. Hhh. Aku agak
khawatir sebenarnya. Dengan waktu yang hanya sesingkat itu mengenal seputar
fotografi bagaimana mungkin aku langsung bisa. Dan aku benar-benar teruji
dengan hunting itu. Ternyata mengatur kamera sebelum menjepret itu
benar-benar butuh kesabaran untuk aku yang pemula ini. Dan satu hal lagi, saat
itu bulan Ramadhan dan kami pastinya puasa dan juga itu lagi musim panas
puncak. Wow. Lengkap sudah ujian itu. Hunting dalam keadaan yang seperti
itu kami memulainya dari pagi dengan tempat tujuan awal Masjid Ibn Thulun
kemudian Hadiqah Azhar hingga malam harinya.
Yang paling berkesan bagiku di hari itu adalah dimana saat aku hendak mengambil foto macro tapi karna sudah saking laparnya tanganku pun gemetaran sehingga kesusahan untuk mendapatkan fokus. Hah. Kupikir aku harus istirahat dulu. Disana kami mengambil gambar hingga malam harinya. Salah satu tujuan kenapa sampai malam yaitu untuk mengambil night shot yang indah yang hanya bisa saat malam hari.
Hari-hari terus berlanjut dengan diisi pelajaran editing foto dengan aplikasi photoshop dan pastinya kami juga harus menerapkannya pada foto-foto yang telah kami ambil sebelumnya. Dan pada tahap akhirnya di kelas basic tersebut, foto-foto kami akan dievaluasi dan diminta untuk saling memberi komentar di foto kami yang telah kami upload di facebook masing-masing.
Dan semuanya kami jalani hingga selesai dan kami pun dinyatakan lulus untuk kelas basic. Alhamdulillah. (Lihat foto-fotonya di sini)
Pemberian ijazah kelulusan kelas basic |
Dan ceritaku dalam IPSC belum selesai hanya sampai disitu saja.
Kami pun melanjutkan ke kelas selanjutnya yang menurutku jauh lebih menantang.
Di kelas itu kami dituntut untuk mengabadikan momen-momen yang ada di Bumi Kinanah
ini. Di kelas ini juga kami jadi belajar tentang bersosialisasi dengan
masyarakat pribumi.
Tapi jujur, aku senang dengan kelas yang dinamakan Human
Interest ini. Mengabadikan momen itu merupakan hal yang paling aku senangi
dalam dunia fotografi. Ya walau aku akui sulit ternyata untuk mendapatkan
momen-momen indah itu. Hehe.
Dengan target 100 foto yang sudah ditetapkan dari IPSC untuk
melewati kelas ini, aku pun mulai menyisir berbagai macam tempat untuk mencari
momen-momen tersebut. Dan yes! Aku pun berhasil menyelesaikannnya walau
maling-malingan dengan waktuku yang saat itu masih belajar di Markaz Lughah.
Selesai mengumpulkan 100 foto tersebut – yang pastinya harus
disetujui terlebih dahulu oleh mentor kami dengan kelayakannya – kami pun
melanjutkan proses editing yang dibagi dengan 50 color (lihat fotonya di sini) dan 50 black
and white (lihat fotonya di sini). Kami bahkan sampai menginap di rumah salah satu mentor untuk
mengejar deadline pengumpulan akhir 100 foto itu.
Dan di
hari selanjutnya kami pun mengadakan evaluasi keseluruhan. Usai semuanya diberi
kritik dan saran, kami pun juga diminta untuk menguji foto-foto kami di kancah
nasional yaitu di web komunitas fotografer Indonesia. Di kelas HI memang
agak berbeda dalam penilaian lulus atau tidaknya. Kalau sebelumnya kami harus
menguploadnya di FB dan saling berkomentar disana. Kali ini kami diminta
menguploadnya di web komunitas fotografer Indonesia skala nasional dan
yang berkomentar bukan hanya dari kelas kami saja. Syarat dinyatakan lulusnya
yaitu dari 20 foto yang diupload disana, masing-masing di setiap foto
harus mencapai nilai yang sudah ditargetkan mentor atau pengecualian untuk yang
fotonya dipilih admin web sebagai ‘Foto Pilihan Editor’ atau yang disingkat
dengan FPE. Tanpa melewati kedua hal itu kami tidak akan lulus di kelas ini.
Aku alhamdulillah selain foto mencapai nilai yang ditargetkan juga salah satu
foto mendapatkan FPE. Yang lain juga rata-rata semuanya seperti itu.
Salah satu ciri mendapatkan FPE adalah terdapat bintang di atas foto |
Sampai tahap disitu kami semua sudah melewatinya dengan perjuangan yang panjang.
Huft.
Dan perjuangan kami masih berlanjut.
Setelah semua itu kami pun diminta untuk membuat artikel yang bertema "Hai IPSC! ini karyaku!" untuk melanjutkan ke kelas selanjutnya yaitu kelas Olah Digital - yang disingkat menjadi kelas Oldig – dan kelas pengajar. Hingga cerita ini ditulis, aku baru saja menyelesaikan dan mengirimkan artikel itu tadi kepada sang mentor.
Semoga bermanfaat.
Semoga bermanfaat.