Kamis, 05 Februari 2015

Cairo International Book Fair 2015



Rabu, 4 Februari 2014 -

Ma'radh Al-Qahirah Al-Dauly Lilkitab atau masyhurnya disebut dengan Cairo International Book Fair adalah pameran buku yang diadakan setiap tahun sekali pada akhir januari di Kairo, Mesir. Lokasinya dekat dengan Universitas Al-Azhar di Hay Sadis, Nasr City.

Pameran buku internasional Kairo ini merupakan salah satu pameran buku yang terbesar di dunia dan juga merupakan pameran buku terbesar dan tertua di negara-negara Arab.

Pada tahun 2006, pameran buku internasional Kairo ini merupakan pameran buku terbesar kedua di dunia setelah pameran buku Frankfurt, Jerman.

Sumber: Wikipedia
__________________________________________________ _ _ _ _

Hari ini, alhamdulillah aku berkesempatan untuk kesana. Ini merupakan kunjunganku yang kedua kalinya. Dan untuk tahun ini, Cairo International Book Fair diadakan untuk yang ke 46 kalinya. CIBF 2015 ini dimulai sejak tanggal 28 januari 2015 sampai 10 februari 2015. Waktu yang sangat tepat untuk mahasiswa-mahasiswa terutama Al-Azhar karena ujian termin satu sudah berakhir. Ujian tingkatku sendiri pun sudah selesai dari tanggal 20 januari kemarin.

Berangkat bersama kedua temanku, kami menuju kesana ba'da shalat zhuhur. Syukurnya hari ini cuaca sangat bersahabat. Tidak terlalu dingin dan juga tidak panas, sedang saja atau bisa dikatakan sejuk lah.

Di depan gerbang masuk CIBF
Setelah masuk, kami pun mulai menyusuri stand-stand yang ada. Tidak ketinggalan untuk narsis-narsis juga pastinya. ^^




Setelah lumayan berputar-putar kesana-kemari, sampailah kami pada saat yang genting, yaitu lapar. Hehe. Panitia pameran pasti sudah memikirkan hal ini. Mereka telah menyiapkan stand-stand untuk jajan. Tak terlalu jauh, kami pun sampai di lokasi stand-stand makanan itu. Karna memikirkan perut yang sudah memanggil-manggil, kami pun langsung menuju ke makanan berat. Untunglah disini juga ada stand makanan orang-orang asia. Kami bisa mendapatkan nasi di sana. Aku pun memesan nasi rendang sedangkan dua temanku memesan nasi ikan krispi. Yummy.


Kami tidak terlalu lama berada disana, karna entah kenapa makanan yang kami pesan itu cepat sekali hilangnya dari pandangan mata.

Setelah lumayan kenyang, kami langsung menuju kamar mandi umum untuk ambil wudhu karna memang azan ashar sudah berkumandang beberapa menit yang lalu. Karna masjid yang ada terlalu jauh, kami pun memilih sholat di taman. Disini memang biasa sholat dimana saja asal tempatnya suci.

Sehabis sholat kami tidak langsung berdiri dan berkeliling lagi, tapi istirahat sejenak dan tentunya sambil bernarsis ria lagi. :D


Narsis-narsis sudah, makan sudah, sholat juga sudah, berarti sekarang masuk ke tujuan inti yaitu mencari buku. 

Hup. Kami pun berdiri dan mulai memasuki stand-stand yang ada kembali.

Puas mencari, banyak banget sebenernya nemuin kitab-kitab bagus. Tapi setelah berfikir.. aku pun menetapkan untuk membeli kitab Fiqih Sunnah yang berjumlah 4 juzu' atau jilid. Nayamul untuk menambah bahan bacaan. Secara juga aku disini mengambil kuliah syari'ah islamiyah.

Selesai semua keinginan tercapai, kami pun bergegas pulang karena sebentar lagi akan memasuki waktu maghrib.

Yeyy. Pamerin dulu buku yang udah dibeli

Dan kami pun pulang.
___________________________________________________ _ _ _ _

Tambahan, berikut dibawah ini sebagian foto yang aku ambil di CIBF 2015 ini.

Gerbang CIBF tampak dari seberang jalan
(Model diperankan oleh.. titik-titik ^^).

Gerbang CIBF tampak bawah








Walau ini sudah masuk hari keenam, pameran buku ini masih tetap ramai.







Udah itu aja. Semoga bermanfaat. ^^

Senin, 02 Februari 2015

Bingkisan Cerita dari Jabal Musa


Jum'at, 30 januari 2015, di hari itu aku bersama teman-teman yang lain berangkat menuju semenanjung Sinai.

Itu merupakan hari yang melelahkan. Kami berangkat dari kota Kairo ke sana menghabiskan waktu sekitar 15 jam - itu sudah termasuk beberapa kali berhenti untuk pemeriksaan, istirahat dan lain-lain juga.


Tujuan kami ke sana juga sudah bisa dipastikan yaitu untuk mendaki gunung Sinai atau yang dikenal juga dengan Jabal Musa. Dinamakan demikian karena di gunung inilah dimana Allah sendiri turun langsung dan bertemu Nabi Musa As.


Sebelum tiba di gunung Sinai, kami terlebih dahulu mampir ke 'uyun Musa atau kita artikan dengan sumur nabi Musa.



Salah satu sumur Nabi Musa As.

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan dan tiba di kaki gunung Sinai sekitar jam 11 malam.


Kurang lebih saat pukul 12 malam, kami pun bersiap-siap mengawali pendakian ini. Cuaca benar-benar sangat dingin. Ya, saat ini memang Mesir sedang berada di musim dingin. Aku yang baru pertama kali ini memiliki pengalaman mendaki terutama di musim dingin sedikit merasa terkejut karena cuaca sebelum kami sampai di kaki gunung tidak terlalu sedingin ini.


Tapi tidak ada kata tidak jadi naik kalau sudah begini. Aku tidak ingin perjalanan jauh yang sudah kutempuh menjadi sia-sia.


Sebelum mendaki, kami sudah membagi menjadi 3 kelompok yang di setiap kelompok berjumlah 12-16 orang terdiri dari cowok dan cewek. Aku berada di kelompok satu.


Sedikit info, gunung Sinai ini memiliki ketinggian 2.285 meter dari permukaan laut. Jalan yang harus kami tempuh hingga kepuncak yaitu sekitar 7 kilo-an. Di gunung ini juga ada 12 pos yang dihitung dari bawah hingga puncak. Dan di setiap pos selalu ada yang menjual berbagai makanan dan minuman ringan - tentunya dengan harga yang sesuai lokasi. 


Awal perjalanan, jalan tampak biasa saja walau sudah mulai merasakan jalanan penuh bebatuan. Di pos-pos akhir mulai tampak terjalnya jalan menuju ke atas. Jalan benar-benar menanjak curam. Setelah berjalan jauh di awal-awal pos kami sebenarnya sudah sangat lelah dan ini kami baru akan menuju ekstrimnya pendakian. Kaki yang sudah terasa pegalnya tadi tetap harus kami paksa agar tidak tertinggal untuk menyaksikan saat-saat sunrise nanti karena perkiraan sampainya kami diatas itu  kira-kira menghabiskan waktu sekitar 4 jam-an. Jadi jika kami berangkat jam 12, kami akan sampai sekitar jam 4. Waktu yang pas untuk mencari posisi terlebih dahulu dimana akan melihat momen sunrise tersebut.


Di awal-awal kami memang masih berkelompok dan saling tunggu jika ada teman-teman yang minta istirahat sebentar. Tapi lama kelamaan - karena sudah terlalu sering berhenti - teman-teman lain yang tidak sabar pun mulai berjalan sendiri hingga kami pun berpencar masing-masing. 



Aku yang berteman dengan kamera
di sela istirahat sejenak

Aku tidak menyia-nyiakan adanya pos itu untuk mengambil nafas sejenak dan meluruskan kaki. Setelah menempuh perjalanan yang panjang, aku kira aku sudah sangat dekat dengan puncak. Ternyata tidak. Puncak itu masih jauh lagi. Aku pun mulai kembali berjalan. Setelah aku pikir aku sudah berjalan jauh lagi, aku coba untuk mendongak ke atas. Ternyata puncak itu masih sangat jauh. Hah. Tidak ada pilihan. Aku hanya perlu melanjutkan pendakian ini. Tapi setiap mengambil istirahat di setiap pos, aku merasa perjalanan ini tidak ada habis-habisnya. Masih saja puncak itu terlihat jauh. Aku hanya terus menyemangati diri kalau sampai puncak itu tidak akan lama lagi.


Aku pun terus berjalan hingga aku pun sampai jam 4 lebih. Tidak terlalu jauh dari perkiraan.


Sesampai diatas, aku tidak tau apa yang harus aku katakan. Aku ingin berteriak untuk melampiaskan kepuasan setelah sampai di puncak ini tapi itu terasa sangat memalukan. Jadilah aku berteriak dalam hati saja. 'Yeah, aku berhasil menaklukkan Sinai inii!'. Heh.


Di atas, cuaca terasa lebih dingin dari bawah tadi. Benar-benar sangat dingin. Dan di atas ini juga lah banyak orang-orang setempat yang menawarkan penyewaan selimut. Cerdas.

Tapi aku tidak menyewa selimut karna aku bisa memastikan kalau itu harganya mahal. Aku melihat yang lain - orang-orang mesir dan negara lain - sudah menyewanya. Satu selimut untuk bertiga hingga berlima. Aku yang termasuk anggota kelompok yang telah sampai lebih awal benar-benar terpisah. Aku sendiri. Hhh. Menyebalkan memang. Kalau bersama yang lain mungkin menyewa selimut itu tidak akan terlalu terbebani harga. Aku pun mencari tempat yang tepat untuk duduk sebentar sembari menunggu sunrise.

Ternyata sunrise tidak secepat itu muncul. Ia baru muncul saat jam menunjukkan pukul setengah enam. Itu berarti aku sudah sekitar sejam setengah berada di puncak yang sangat dingin itu. Fiuhh.


Sunrise muncul dengan ditandai orang lain yang menghidupkan kembang api. Aku yang baru tersadar pun langsung mencari posisi terbaik untuk memotret sunrise. Sialnya, dipuncak ini saat sunrise orang benar-benar sangat ramai hingga aku kesulitan untuk mencari posisi yang benar-benar pas.


Menyadari waktu sunrise yang tidak akan berlama-lama, aku pun harus secepatnya memotret kalau tidak ingin melewati momen itu.



Saat Sunrise di puncak

Setengah jam berlalu, sunrise pun memudar menyisakan langit yang kembali membiru. Saatnya untuk mengambil foto bersama yang lain. 


Seusai berfoto-foto, aku pun segera bergerak untuk kembali turun. Selain memang sudah dihimbau untuk segera turun karena kami sudah ditargetkan jam 10 sudah harus di bis, aku juga sudah menahan untuk (sori) buang air kecil. Rasanya tidak mungkin untuk itu di tempat yang seramai ini. :D


Perjalanan untuk turun pun tidak seberat saat mendaki semalam. Selain karena sudah terbantu cahaya matahari juga gravitasi sangat membantu, ditambah karena ingin itu. Heh.


Dan jalanan turun ini pun benar-benar cepat. Aku memangkas 2 jam untuk perjalanan turun ini. Dua kali lipat lebih cepat dari saat mendaki semalam. Ya tapi aku sedikit menyesalinya karna aku tidak dapat mengambil momen-momen indah yang lainnya saat turun itu.





Jalanan turun
Oh iya, selama pendakian dan selama saat-saat turun ini, penduduk setempat juga menyediakan layanan untuk menyewa onta bagi yang merasa tidak sanggup atau sudah kelelahan. Harganya berkisar dari 50 - 150 pound tergantung jauhnya perjalanan.


Setelah kami semua sampai di bawah, sehabis istirahat sebentar dan mengambil beberapa foto lagi, kami pun melanjutkan perjalanan. Selanjutnya kami menuju ke patung sapi Samiri yang letaknya berdekatan dengan gunung Sinai tersebut dan juga maqam Nabi Musa dan Nabi Harun.

Patung sapi Samiri di perbukitan dekat gunung Sinai


Maqam Nabi Musa dan Harun As.
Setelah itu kami pun benar-benar pulang ke kota Kairo.

Dan kami pun sampai sekitar pukul 11 malam lewat.

Badan benar-benar terasa sudah sangat pegal. Setelah bersih-bersih sedikit dan mengganti pakaian aku pun langsung menuju tempat tidur. Dan tidak butuh waktu lama aku pun masuk ke dunia mimpi. zZZ.

Esok paginya aku pun terbangun, tentunya dengan tubuh yang ternyata ketika dibawa tidur malah membuatnya semakin pegal. Hhh. Seluruh bagian tubuhku benar-benar pegal.

Ya sudah, tampaknya itu saja bingkisan ceritaku selama perjalanan ke gunung Sinai ini. Semoga bermanfaat. :D

Eh eh, satu lagi, ada satu benda yang perlu aku masukkan juga fotonya disini. Sepatuku. :D 


Eit, jangan merendahkan dulu, tanpa sepatu ini mungin kakiku sudah hancur ketika menginjakkan bebatuan-bebatuan yang ada selama pendakian dan ketika turun. Hehe. Udah itu aja.



 
biz.