Rabu, 23 September 2015, Takbir, Tahmid dan Tahlil kembali berkumandang di penghujung musim panas Mesir.
Selain sibuk menyiapkan acara Open House kekeluargaan
Sumatera Selatan, tentu aku juga tidak ingin melewatkan malam takbiran penuh
khidmat di Hari Raya ‘Iedul Adha tahun ini.
Hmm.. ini cerita yang seharusnya
kutulis seminggu yang lalu. Tapi nggak apa-apa ya. Aku tidak ingin momen ini
terlupa begitu saja tanpa ditulis disini. Uhuk.
Okey kawan-kawan. Malam hari,
tepat sebelum lebaran besoknya, disini selain ada takbiran bersama di basecamp kekeluargaan, masisir atau
masyarakat Indonesia di Mesir malam itu juga sedang rame berkumpul di Aula
American Future. Ngapain? Pastinya ada acara yang menarik dan heboh dong.
Yups, disana ada acara GETAR. Wow, apa itu Getar? Acara menghancurkan
rumah, kah? Ups, santai kawan-kawan. Bukan itu. Getar ini singkatan dari Gema
Takbir Akbar. Haha. Seperti namanya, acara ini berisikan kegiatan takbiran
masisir namun dibungkus dengan lomba-lomba agar semakin menarik.
Aku juga hadir disana malam itu.
Acara ini memang diawali dengan
lomba takbiran antar komunitas masisir, tapi setelah itu juga masih banyak
tampilan-tampilan lain yang disajikan. Bahkan banyak sekali –sampai aku tidak
ikut hingga akhir acara. Heh.
Sepanjang yang aku lihat, ada penampilan band akustik masisir –ada banyak yang tampil di kategori ini--,
kemudian ada juga tari-tarian Indonesia dari pelajar mesir yang mereka pelajari
di PUSKIN atau Pusat Kesenian Indonesia disini. Juga ada tari dari Aceh yang
dibawakan mahasiswa-mahasiswa asal Aceh yang sangat seru. Terus ada lagi
tampilan kasidah, pembacaan puisi arab dan
lain-lain –aku lupa :D.
Huah.. ngantuk. Ternyata memang waktu
sudah hampir menunjukkan pukul 00.00 dan akan pergantian hari. Tapi acara ini
belum kelihatan penghujungnya. Sudah terlalu larut malam untukku yang tempat
tinggalnya jauh dari sini. Jadilah aku bersama teman rumahku memutuskan untuk
pulang. Sebelum kami pulang, MC sempat membacakan penampilan-penampilan
selanjutnya yaitu Funky Papua dan pencak silat Tapak Suci. Temanku masih ingin
nonton sebenarnya. Tapi sayang sudah malam sekali sedangkan besok pagi-pagi kami
sudah harus bersiap untuk shalat ‘Ied.
Diluar, sudah setengah jam kira-kira
kami menunggu. Mobil ke Darrasah, tempat kami tinggal memang sudah agak susah
kalo sudah kemalaman begini. Setelah penantian panjang, syukurnya kami bisa melego
mobil angkot Tramco. Biasanya memang
tidak ada Tramco yang memiliki
jurusan ke Darrasah kalau dari sini.
Setelah sepakat, kami pun pulang.
Tentunya ongkos yang kami bayar lebih mahal dibanding dengan bis yang biasa
kami naiki. Tapi ini pun sudah syukur dapet Tramco.
Dan syukur lagi mobil ini melaju kencang dan kami tidak perlu lama-lama
untuk sampai ke rumah.
Langit sudah sangat gelap dan
sunyi. Sudah memasuki dini hari saat kami sampai di rumah. Setelah
ngobrol-ngobrol tidak lama dengan yang lain, aku pun merebahkan badan dan
bersiap menuju alam mimpi. Cukuplah beberapa jam untuk istirahat hingga shubuh.
Zzz…
Pagi harinya, Kamis, 24 September
2015..
Cuaca cerah dan gema takbir
berkumandang lebih keras hari ini.
Aku bersama teman-teman yang lain
sudah bersiap-siap untuk shalat ‘Ied berjamaah. Kali ini, aku mendapat
pengalaman lebaran baru. Yaitu… kami akan shalat ‘Ied di Masjid Ali Pasha! Yey!
Haha.
Masjid megah yang memiliki tinggi
171 kaki ini terletak di dalam lokasi benteng Shalahuddin Al-Ayyubi, tidak
terlalu jauh dari tempat tinggal kami. Cukup naik mobil sekali. Di hari-hari
biasanya, orang-orang yang ingin memasuki daerah ini harus merogoh kocek
terlebih dahulu. Namun syukurlah kami dapat info kalo untuk shalat hari ini
digratiskan masuk.
Shalat berjamaah beserta khutbah ‘Ied
berlangsung khidmat dan tidak lama.
Tak ingin melewatkan momen yang jarang-jarang
ini, tentunya kami sudah menyiapkan kamera masing-masing. Heh. Tapi sayangnya,
ternyata penggratisan ini tidaklah gratis bebas begitu saja. Kami diminta untuk
langsung pulang selepas shalat. Jadilah kami tidak terlalu puas untuk berfoto
ria di berbagai sudut benteng ini. Sayang sekali. Padahal aku sudah memikirkan
spot yang bagus untuk foto-foto.
Setelah itu kami juga menyempatkan untuk ke masjid Al-Azhar.
Setelah itu kami juga menyempatkan untuk ke masjid Al-Azhar.
Sepulang dari sana, aku bersiap
menuju basecampnya warga Sumatera
Selatan di Hay-10. Sebenarnya di rumah kami memiliki agenda kumpul sendiri.
Tapi aku memiliki tanggung jawab di kekeluargaan yang tidak enak ditinggalkan
dan juga sudah memiliki janji dengan mereka lebih dulu.
Sesampai di Hay-10, teman-teman
kekeluargaan sudah ramai berkumpul. Mereka rata-rata shalat ‘Ied di suq sayyarat. Di sana, beberapa orang sedang
sibuk memegang mic dan gendang di
aula depan, beberapa orang lagi sibuk memotong-motong daging kurban di aula
bagian belakang.
Acara Open Housenya diadakan nanti malam selepas maghrib. Masih banyak
waktu untuk mempersiapkannya.
Dan sampailah pada malam harinya…
dan acara berlangsung dengan lancar… kemudian ditutup dengan makan sate! Yummy.
Udah, gitu aja ceritaku kali ini.
Haha :D
____________________ _ _
Cerita sedihnya, baju baru
kiriman Ibu yang sudah kusiapkan untuk acara ini ternyata ketinggalan di
rumah.
Hiks.