Sabtu, 03 Oktober 2015

Lebaran Kurban di Perantauan



Rabu, 23 September 2015, Takbir, Tahmid dan Tahlil kembali berkumandang di penghujung musim panas Mesir. Selain sibuk menyiapkan acara Open House kekeluargaan Sumatera Selatan, tentu aku juga tidak ingin melewatkan malam takbiran penuh khidmat di Hari Raya ‘Iedul Adha tahun ini.

Hmm.. ini cerita yang seharusnya kutulis seminggu yang lalu. Tapi nggak apa-apa ya. Aku tidak ingin momen ini terlupa begitu saja tanpa ditulis disini. Uhuk.

Okey kawan-kawan. Malam hari, tepat sebelum lebaran besoknya, disini selain ada takbiran bersama di basecamp kekeluargaan, masisir atau masyarakat Indonesia di Mesir malam itu juga sedang rame berkumpul di Aula American Future. Ngapain? Pastinya ada acara yang menarik dan heboh dong.

Yups, disana ada acara GETAR. Wow, apa itu Getar? Acara menghancurkan rumah, kah? Ups, santai kawan-kawan. Bukan itu. Getar ini singkatan dari Gema Takbir Akbar. Haha. Seperti namanya, acara ini berisikan kegiatan takbiran masisir namun dibungkus dengan lomba-lomba agar semakin menarik.

Aku juga hadir disana malam itu.

Acara ini memang diawali dengan lomba takbiran antar komunitas masisir, tapi setelah itu juga masih banyak tampilan-tampilan lain yang disajikan. Bahkan banyak sekali –sampai aku tidak ikut hingga akhir acara. Heh.


Sepanjang yang aku lihat, ada penampilan band akustik masisir –ada banyak yang tampil di kategori ini--, kemudian ada juga tari-tarian Indonesia dari pelajar mesir yang mereka pelajari di PUSKIN atau Pusat Kesenian Indonesia disini. Juga ada tari dari Aceh yang dibawakan mahasiswa-mahasiswa asal Aceh yang sangat seru. Terus ada lagi tampilan kasidah, pembacaan puisi arab dan lain-lain –aku lupa :D.


Huah.. ngantuk. Ternyata memang waktu sudah hampir menunjukkan pukul 00.00 dan akan pergantian hari. Tapi acara ini belum kelihatan penghujungnya. Sudah terlalu larut malam untukku yang tempat tinggalnya jauh dari sini. Jadilah aku bersama teman rumahku memutuskan untuk pulang. Sebelum kami pulang, MC sempat membacakan penampilan-penampilan selanjutnya yaitu Funky Papua dan pencak silat Tapak Suci. Temanku masih ingin nonton sebenarnya. Tapi sayang sudah malam sekali sedangkan besok pagi-pagi kami sudah harus bersiap untuk shalat ‘Ied.

Diluar, sudah setengah jam kira-kira kami menunggu. Mobil ke Darrasah, tempat kami tinggal memang sudah agak susah kalo sudah kemalaman begini. Setelah penantian panjang, syukurnya kami bisa melego mobil angkot Tramco. Biasanya memang tidak ada Tramco yang memiliki jurusan ke Darrasah kalau dari sini.

Setelah sepakat, kami pun pulang. Tentunya ongkos yang kami bayar lebih mahal dibanding dengan bis yang biasa kami naiki. Tapi ini pun sudah syukur dapet Tramco. Dan syukur lagi mobil ini melaju kencang dan kami tidak perlu lama-lama untuk sampai ke rumah.

Langit sudah sangat gelap dan sunyi. Sudah memasuki dini hari saat kami sampai di rumah. Setelah ngobrol-ngobrol tidak lama dengan yang lain, aku pun merebahkan badan dan bersiap menuju alam mimpi. Cukuplah beberapa jam untuk istirahat hingga shubuh.

Zzz…

Pagi harinya, Kamis, 24 September 2015..

Cuaca cerah dan gema takbir berkumandang lebih keras hari ini.

Aku bersama teman-teman yang lain sudah bersiap-siap untuk shalat ‘Ied berjamaah. Kali ini, aku mendapat pengalaman lebaran baru. Yaitu… kami akan shalat ‘Ied di Masjid Ali Pasha! Yey!
Haha.

Masjid megah yang memiliki tinggi 171 kaki ini terletak di dalam lokasi benteng Shalahuddin Al-Ayyubi, tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami. Cukup naik mobil sekali. Di hari-hari biasanya, orang-orang yang ingin memasuki daerah ini harus merogoh kocek terlebih dahulu. Namun syukurlah kami dapat info kalo untuk shalat hari ini digratiskan masuk.

Shalat berjamaah beserta khutbah ‘Ied berlangsung khidmat dan tidak lama.

Tak ingin melewatkan momen yang jarang-jarang ini, tentunya kami sudah menyiapkan kamera masing-masing. Heh. Tapi sayangnya, ternyata penggratisan ini tidaklah gratis bebas begitu saja. Kami diminta untuk langsung pulang selepas shalat. Jadilah kami tidak terlalu puas untuk berfoto ria di berbagai sudut benteng ini. Sayang sekali. Padahal aku sudah memikirkan spot yang bagus untuk foto-foto.

Setelah itu kami juga menyempatkan untuk ke masjid Al-Azhar.

Sepulang dari sana, aku bersiap menuju basecampnya warga Sumatera Selatan di Hay-10. Sebenarnya di rumah kami memiliki agenda kumpul sendiri. Tapi aku memiliki tanggung jawab di kekeluargaan yang tidak enak ditinggalkan dan juga sudah memiliki janji dengan mereka lebih dulu.
Sesampai di Hay-10, teman-teman kekeluargaan sudah ramai berkumpul. Mereka rata-rata shalat ‘Ied di suq sayyarat. Di sana, beberapa orang sedang sibuk memegang mic dan gendang di aula depan, beberapa orang lagi sibuk memotong-motong daging kurban di aula bagian belakang.

Acara Open Housenya diadakan nanti malam selepas maghrib. Masih banyak waktu untuk mempersiapkannya.

Dan sampailah pada malam harinya… dan acara berlangsung dengan lancar… kemudian ditutup dengan makan sate! Yummy.

Udah, gitu aja ceritaku kali ini. Haha :D
____________________ _ _

Cerita sedihnya, baju baru kiriman Ibu yang sudah kusiapkan untuk acara ini ternyata ketinggalan di 
rumah. Hiks.

Ahmad Rofiq

Author

Seorang mahasiswa biasa di Universitas al-Azhar Kairo

0 komentar:

 
biz.