Senin, 07 Desember 2015

Rihlah Maktabah Rumah Syariah


Sabtu, 5 Desember 2015—

Kairo hari ini dingin banget. Banget. Bangett. Fiuh~ lebay. Tapi beneran dingin kok. Haha.

Yups. Kairo emang udah mulai masuk musim dingin dari sebulan yang lalu. Tapi dinginnya itu masih labil. Kadang nggak, kadang iya, kadang masih panas, kadang dingin banget. Ya begitulah.

Dan hari ini kebagian yang dingin bangetnya.

Saking dinginnya, dari pagi aku nggak tega misahin diri dari selimut dan kepikiran untuk hibernasi di rumah aja seharian. Tapi… aku punya agenda siang ini dengan teman-teman yang lain. Mana emang udah direncanain dari kemarin-kemarin dan udah disepakatin bareng. Jadi mau nggak mau rencanaku untuk manja-manjaan dengan selimut hari ini harus ditunda dulu. Hiks.

Pada akhirnya, setelah renungan panjang dan menguatkan tekad, sebelum zhuhur aku mandi dulu dikit biar segeran. Dikit doang? Iya dikit. Pas banget sakhanahnya lagi nggak baikan. Hiks.

Oke, sebelum lanjut ke cerita rihlah hari ini, aku pengen bilang dikit dulu tentang judul tulisan ini karna mungkin nggak semua temen-temen yang baca udah tau. 


Pertama, Rumah Syariah. Wah apa tuh Rumah Syariah? lembaga fatwa kah? atau badan yang menangani konsultasi agama? atau.. atau..

Stop. Bukan. Bukan itu temen-temen.
Aku jelasin singkat ya. Rumah Syariah di sini adalah sebuah komunitas mahasiswa/i al-Azhar asal Indonesia yang berkumpul dalam satu tempat untuk bersama memaksimalkan waktu, potensi dan program yang dicanangkan. Masa belajar di sana adalah 2 tahun; tahun pertamanya mempelajari ilmu-ilmu pengantar takhassus Syariah & tahun kedua fokus pada ilmu Syariah.

Yup, itu dia. Aku gabung ke komunitas yang disebut Rumah Syariah di Mesir. Belum lama. Baru dari bulan Agustus kemarin. Soal detail apa aja yang dipelajarin selama di sana nggak aku tulisin di sini ya. Soalnya bukan mau ngebahas profilnya kali ini. Tapi kalo mau lihat-lihat silakan buka FBnya. Namanya Rumah Syariah. Jadi lebih intinya lagi, Rumah Syariah di sini adalah nama komunitas belajar. Yes. Banyak ilmu dan pengetahuan yang aku dapetin di sana walau baru beberapa bulan.

Kemudian, Rihlah Maktabah.
Rihlah sering kita artiin dengan jalan-jalan. Maktabah itu perpustakaan, atau di sini -Mesir- juga biasanya dipake untuk toko alat tulis atau toko buku atau juga percetakan buku. 

Bentar.. hm.. jadi Rihlah Maktabah yang mau diceritain di sini itu jalan-jalan ke tempat buku-buku?
Tul banget.
Ngapain rihlah ke sana?
Emang kenapa?
Yang namanya rihlah itu kan kitanya refreshing diri, nyantei-nyantei gitu kayak ke pantai, daki gunung, dan lain-lain.
Kita juga refreshing kok. Kita foto-foto, narsis-narsis, ketawa-ketawa, ups.

Jadi men-temen, yang namanya rihlah itu nggak mesti ke pantai, dll kok. Kita juga bisa rihlah ilmiah kayak rihlah maktabah gini. Contoh lain juga kayak kita ke museum, tempat-tempat bersejarah. Begitu.

Oke, yakfii.
Sekarang masuk ke cerita jalan-jalannya key.

Dan aku pun sudah siap berangkat sehabis sholat Zhuhur di rumah. Baju udah 2 lapis dengan baju bahan wol, terus juga dilapisin lagi dengan jaket, celana jeans baru dan sepatu. Uhuk.

Siap berangkat.

Tapi.. whuuuush... brrr...
Baruuu aja buka pintu rumah. Angin dingin langsung masuk ke pori-pori kulit. Kurapetin lagi jaketnya.

Rumahku berada di lantai 2. Sempet nungguin lama di bawah. Temen-temen lain kayaknya masih dandanan di atas. Ternyata aku yang tadi males-malesan pergi termasuk yang lumayan semangat untuk keluar rumah duluan.

Bismillah dan kami pun melangkah. Fiuh~ jadi juga akhirnya kami pergi dingin-dingin gini. Yang pergi adalah anak-anak putra Rumah Syariah tahun pertama ditemenin sama satu pembina.

Maktabah-maktabah yang akan kami kunjungi kali ini bukan maktabah-maktabah yang berada di daerah sekitar kami di Darasa. Namun kami akan ke daerah Attaba dan Downtown, daerah yang terkenal dengan bangunan-bangunannya yang bercorak eropa. Beda banget dengan daerah Darasa yang menyimpan banyak kenangan bangunan Islam kuno dan sering disebut Old Cairo.

Dengan naik mobil angkot sekali kami pun sampai ke Attaba. Maktabah pertama yang akan kami kunjungi adalah Maktabah Adab. Oh ya, maktabah yang akan kami kunjungi hari ini adalah selain toko yang menjual buku, juga merupakan penerbit kitab-kitab masyhur dan mencetak kitab-kitab bagus yang telah lama beredar di Bumi Kinanah. Dan nggak semua mahasiswa Indonesia yang tau.

Berjalan ke sana, kami melewati monumen Ibrahim Pasha yang tampak gagah menunggangi kuda. Ibrahim Pasha adalah bapak dari Ismail Pasha yang merupakan Gubernur Mesir pada tahun 1867-1879 M.

Monumen Ibrahim Pasha di Attaba
Lokasi Maktabah Adab nggak terlalu jauh dari monumen itu. Cukup nyebrang jalan sedikit.

Maktabahnya ada di gedung belakang itu. Di bagian pojok kiri.
Saat masuk ke dalam maktabah, terlihat nggak ada yang terlalu istimewa dari maktabah itu. Hanya berisi kitab-kitab (Ya iyalah, bro. Namanya juga maktabah). Haha. Nah, maktabah ini khusus menjual kitab-kitab yang berkaitan dengan ilmu 'alat lughah arabiyah, adab atau sastra Arab, dan kitab-kitab lain yang nggak semua maktabah menjual kitab itu.

Maktabah Adab
Setelah melihat-lihat dan beli satu-dua kitab, kami lanjut ke maktabah selanjutnya yaitu Maktabah Khanjie. Maktabah yang satu ini agak sedikit masuk ke dalam. Biasanya buka dari pagi. Namun biasanya tutup sebentar dari pukul 2 siang sampai 4 sore. Kami datang sekitar 15 menit sebelum jam 2. Jadi masih sempat untuk masuk. Awalnya kami kira sudah tutup. Tapi setelah bertanya sama orang di bawah katanya diketok aja. Ternyata masih buka.

Maktabah Khanjie
Keunggulan maktabah ini adalah ia banyak menyimpan kitab-kitab langka yang sudah nggak dicetak lagi, atau pentahqiqnya langka. Dan sama dengan Adab tadi, buku-bukunya susah ditemukan di pasaran dan juga punya harga yang miring.

Kemudian, kami ke Maktabah Wahbah. Lokasinya tidak seperti 2 maktabah sebelumnya yang terletak di dalam gedung. Maktabah ini berada di pinggir jalan.

Maktabah Wahbah
Kalo maktabah ini, kitab-kitabnya termasuk yang kelas bagus. Dan nggak semua maktabah nerbitin apa yang diterbitin Wahbah.

Next, kami ke Maktabah Muassasah ar-Risalah. Sama dengan Wahbah. Lokasinya juga di samping jalan.

Maktabah Muassasah ar-Risalah
Hmm... kalo maktabah ini biasanya menjual kitab-kitab mahal. Tapi itu harga yang sesuai sih karena kitab-kitabnya berkelas dan cetakannya juga bagus.

Selanjutnya, kami ke Maktabah Dar al-Fadhilah. Lokasinya nggak jauh dari maktabah-maktabah sebelumnya.




Maktabah Dar al-Fadhilah
Nah kalo yang ini dia nyiapin diskon khusus untuk mahasiswa-mahasiswa Azhar.

Kemudian, lanjut ke Maktabah Muassasah 'Alyaa.

Maktabah Muassasah 'Alyaa
Maktabah ini ada dalem gedung. Nemu kitab yang keliatan udah tua banget di sini. Kertasnya udah kuning lusuh. Tapi harganya.. beuh.. 500 pound. Langsung balik badan deh. Di sini emang jual buku-buku langka juga.

Abis dari sini sholat Ashar dulu. Ada masjid di gedung samping sini. Abis shalat, perut udah mulai ribut aja. Padahal baru tadi sebelum berangkat makan. Musim dingin emang bikin pengen makan terus.
Jadi kami beli roti dulu. Kebetulan ada toko roti juga deket sana.

Selanjutnya, kami ke Maktabah Syuruq. Wah, maktabah yang ini lokasinya keren. Di pinggir jalan bundaran monumen tapi.. hm.. lupa monumen siapa tapi bagus gedung-gedungnya. Di dalemnya juga keren. Beda banget dengan maktabah sebelum-sebelumnya. Maktabah ini emang jual buku-buku modern dan emang menang disitu. Kualitas bukunya juga bagus. Dan pastinya, harganya juga bagus. Glek.


Maktabah Syuruq
Selepas ini, masih ada 2 maktabah lagi yang akan kami kunjungi. Yaitu Maktabah Madbuli dan Dar al-Maarif.


Maktabah Madbuli
Maktabah Dar al-Maarif
2 maktabah ini mirip dengan maktabah Syuruq. Banyak kitab-kitab modern yang mereka jual dan terbitin.

Nah, keluar dari maktabah Dar al-Maarif, langit Kairo sudah mendung. Lampu-lampu jalan mulai dihidupkan. Sebentar lagi azan Maghrib. Kami pun beranjak pulang. Udara makin dingin.

Nggak dapet mobil yang kosong untuk muat semuanya, kami misah jadi 3 mobil. Sesampai di Hussein, aku beli Hawawsyi satu. Lumayan untuk ganjel sampe ada yang masak nanti di rumah. Kemudian Maghriban di masjid deket situ.

Kemudian pulang. Kemudian makan dikit. Kemudian guling-guling dalem selimut, mainin HP sambil nunggu Isya. Kemudian makan banyak. Kemudian balik guling-guling lagi. Kemudian terlelap. zZZ.

______________ _ _

Haha. Yups itulah cerita rihlahku kali ini. Rihlah Ilmiah. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa ke cerita-ceritaku selanjutnya. :)

Bonus galeri rihlah:






Bye~


Senin, 23 November 2015

80 Coret, Bis Yang Melegenda & Selalu Ditunggu-Tunggu

Penampakan bis 80/ yang terparkir cantik di mahattah Darasa
Judul tulisan ini -di atas- nggak perlu diragukan lagi kebenarannya. Haha. Emang bener kok.

Sebelumnya, yuk kenalan dulu sama bis bernomor 80/ (baca: delapan puluh coret) ini bagi yang belum sempet taarufan.

Bis ini umumnya berwarna merah. Tapi ada juga beberapa yang warnanya hijau. Kalo di Indonesia biasanya kan lebih sering ngenalin transportasi umum kayak angkot dan bis dari warnanya aja, di sini biasanya lebih ngenalin selain warna juga sama nomornya. 

Kalo berdasarkan warna, ada 3 warna bis yang masyhur. Yaitu merah (bis besar yang ukurannya kira-kira sama kayak bis trans di Indonesia), biru (yang ini ada 2 tipe. Satu yang besarnya sama dengan bis merah tadi, ada juga yang kecil) terus hijau (2 tipe juga tapi rata-rata lebih banyak yang kecil).

Kalo berdasarkan nomor, wah nggak usah ditanya. Banyak banget. Satu jurusan aja punya banyak nomor --dan aku banyakan nggak hafalnya ketimbang hafal.

Rute bis 80/ ini dimulai dari daerah Zahra >> Asyir (Mutsallas, Gami', Bawwabat) >> Tamin >> Awal Sabi' >> Sadis (Kuliah Azhar Putri, sebagian fakultas putra yang lain, juga Markaz Lughah) >> >>  Madinah Bu'uts (asramanya mahasiswa Azhar non-Mesir) >> Darasa (Kuliah Azhar putra dan lokasi Masjid al-Azhar).

Sekarang, mari masuk ke pertanyaan "Kenapa cuma bis merah 80 coret yang sering dibilang melegenda?"

Hmm.. yang pastinya karena bis ini menyimpan banyak kenangan. Yups!

Dari dulu, bis merah 80/ ini beroperasinya dari mahattah di Zahra' hingga Darasa. Nah, dari Zahra sampe Darasa ini, banyak mahasiswa yang tinggal di antara keduanya terutama masisir --sebutan untuk mahasiswa Indonesia di Mesir. Karena hal inilah, awal mula keterikatan masisir dengan bis 80/ ini. Swit swit. Uhuk.

Mahasiswa-mahasiswa yang pengen kuliah di setiap harinya, pasti nungguin bis ini. Ya walaupun ada juga bis-bis lain yang jurusannya ke Darasa juga. Ada bis merah 65, ada juga bis kuning-merah 65 dan 1058 tujuan Sayyidah Aisyah yang ngelewatin Darasa. Tapi di antara semua itu bis 80/ yang paling sering lewat dan lebih hemat di kantong. Karna bis kuning-merah ongkosnya 2 Le., 2 kali lipat lebih mahal dari 80/. Dan juga karena dari dulu 80/ sudah ada untuk masisir sebelum datangnya nomor-nomor baru yang satu jurusan.

Karena seringnya berjumpa dengan 80/ ini, akhirnya banyak juga cerita yang terjadi antara 'ia' dan masisir. Ceilee..

Pertama, kejar-kejaran.
Yup, kita biasanya nungguin bis ini dari pinggir jalan. 80/ memang munculnya lumayan lebih sering ketimbang bis lain yang satu jurusan. Namun.. sebenernya jarang juga, sampe terkadang bis ini munculnya tiba-tiba, pas kitanya lagi lengah. Lengahnya itu karena kita sering di PHPin dengan bis-bis merah yang fisiknya sama tapi ternyata berbeda nomor dan beda jurusan.

Nah, di saat lengah itulah tiba-tiba 80/ muncul dan ngelewatin kita, sampe terpaksa adanya adegan kejar-kejaran lebih dulu (yang ngejar juga bukan 1 orang). Fiuuh~
Juga karena bis ini kalo berhenti jarang banget tepat di depan kita berdiri nunggu. Walau kita udah melambai-lambaikan dari kejauhan sebelum dia dateng tetep aja berhentinya agak jauhan dan kadang juga nggak bener-bener berhenti namun jalan pelan.

Kedua, Desak-desakan
Wah, nggak usah ditanya soal ini. Ribuan mahasiswa yang kuliah di Azhar, berangkat dan pulang juga di waktu yang bersamaan dengan jumlah bis yang sedikit. Jadilah kita yang naik itu sempit-sempitan. Mending kalo dapet tempat duduk. Beruntung banget malah.
Saat dapet pun, kalo ada orang yang udah tua dan cewek berdiri deket kita duduk, sebagai cowok yang masih berjiwa muda harus dong ngalah.

Nah karena seringnya kejadian ini terjadi, hingga akhirnya muncullah beberapa trik sederhana, dan menjadi rahasia umum. Yes.

Pertama, kalo kita berangkat dari Asyir dan nggak dapet tempat duduk, berdirilah deket orang mesir yang kayak mau ke kuliah --dikira-kira aja. Perawakannya bujang misalnya. Biasanya, nanti mereka cuma sampe di Sadis (Tempat kuliah yang rata-rata jurusannya umum). Kita bisa nempatin kursi mereka abis itu untuk ke Darasa.

Kedua, berdiri deket ibu-ibu. Hmm.. kalo yang ini nggak selalu tepat sih. Tapi terkadang juga berlaku. Biasanya ibu-ibu ini nggak terlalu jauh perjalanannya --maksudnya nggak lama-lama banget mereka di dalem bisnya. Atau biasanya ibu-ibu ini stop di Nadi Sikkah atawa Dweiah. Ya ini lebih mending, ketimbang berdiri di bagian terlalu depan dekat supir yang susah buat bersaing dapet tempat duduk.

Ketiga, kalo berangkatnya dari Darasa sehabis kuliah, berdirinya deket mahasiswa-mahasiswa non-Mesir kayak Rusia, Afrika dll. Biasanya mereka cuma naik sampe asrama di Bu'uts aja.

Keempat, kalo masuknya saat bis sepi penumpang, ambillah kursi paling belakang. Kursi belakang ini berbentuk kursi panjang yang biasanya muat hingga 5-6 orang, beda sendiri dengan kursi bis di bagian depan yang terbagi menjadi dua, yaitu 2 kursi berdempetan di sebelah kanan dan 1 kursi sebelah kiri.
Dan memang biasanya kursi belakang ini ditempati oleh cowok aja. Nanti kan selama perjalanan bis biasanya bakalan nambah penuh. Saat hal ini terjadi, kamu nggak perlu repot-repot berdiri kalo kamu ngelihat ada ibu-ibu atau mahasiswi yang nggak kebagian kursi berdiri di depan kamu. Karna kiri-kananmu penuh dengan cowok, walaupun kamu nawarin mereka untuk duduk, mereka bakal nolak.

Udah itu aja sih untuk saat ini. Sebenernya ada lagi kayak kalo sore berangkat dari Darasa mau ke Asyir ambil kursi sebelah kiri aja soalnya kalo sebelah kanan bakal kena sinar matahari dan itu ngangguin ke-pewe-an duduk kamu di perjalanan. Gitupun sebaliknya. Kalo dari Asyir berarti duduk di kursi sebelah kanan. Pagi sebaliknya lagi.

Ya udah, sekian dulu tulisan kali ini. Kalo ada tambahan atau temen-temen punya cerita yang lain sampein aja di kolom komen, key.

Semoga bermanfaat.

________________ _  _
mahattah: terminal

Sabtu, 03 Oktober 2015

Lebaran Kurban di Perantauan



Rabu, 23 September 2015, Takbir, Tahmid dan Tahlil kembali berkumandang di penghujung musim panas Mesir. Selain sibuk menyiapkan acara Open House kekeluargaan Sumatera Selatan, tentu aku juga tidak ingin melewatkan malam takbiran penuh khidmat di Hari Raya ‘Iedul Adha tahun ini.

Hmm.. ini cerita yang seharusnya kutulis seminggu yang lalu. Tapi nggak apa-apa ya. Aku tidak ingin momen ini terlupa begitu saja tanpa ditulis disini. Uhuk.

Okey kawan-kawan. Malam hari, tepat sebelum lebaran besoknya, disini selain ada takbiran bersama di basecamp kekeluargaan, masisir atau masyarakat Indonesia di Mesir malam itu juga sedang rame berkumpul di Aula American Future. Ngapain? Pastinya ada acara yang menarik dan heboh dong.

Yups, disana ada acara GETAR. Wow, apa itu Getar? Acara menghancurkan rumah, kah? Ups, santai kawan-kawan. Bukan itu. Getar ini singkatan dari Gema Takbir Akbar. Haha. Seperti namanya, acara ini berisikan kegiatan takbiran masisir namun dibungkus dengan lomba-lomba agar semakin menarik.

Aku juga hadir disana malam itu.

Acara ini memang diawali dengan lomba takbiran antar komunitas masisir, tapi setelah itu juga masih banyak tampilan-tampilan lain yang disajikan. Bahkan banyak sekali –sampai aku tidak ikut hingga akhir acara. Heh.


Sepanjang yang aku lihat, ada penampilan band akustik masisir –ada banyak yang tampil di kategori ini--, kemudian ada juga tari-tarian Indonesia dari pelajar mesir yang mereka pelajari di PUSKIN atau Pusat Kesenian Indonesia disini. Juga ada tari dari Aceh yang dibawakan mahasiswa-mahasiswa asal Aceh yang sangat seru. Terus ada lagi tampilan kasidah, pembacaan puisi arab dan lain-lain –aku lupa :D.


Huah.. ngantuk. Ternyata memang waktu sudah hampir menunjukkan pukul 00.00 dan akan pergantian hari. Tapi acara ini belum kelihatan penghujungnya. Sudah terlalu larut malam untukku yang tempat tinggalnya jauh dari sini. Jadilah aku bersama teman rumahku memutuskan untuk pulang. Sebelum kami pulang, MC sempat membacakan penampilan-penampilan selanjutnya yaitu Funky Papua dan pencak silat Tapak Suci. Temanku masih ingin nonton sebenarnya. Tapi sayang sudah malam sekali sedangkan besok pagi-pagi kami sudah harus bersiap untuk shalat ‘Ied.

Diluar, sudah setengah jam kira-kira kami menunggu. Mobil ke Darrasah, tempat kami tinggal memang sudah agak susah kalo sudah kemalaman begini. Setelah penantian panjang, syukurnya kami bisa melego mobil angkot Tramco. Biasanya memang tidak ada Tramco yang memiliki jurusan ke Darrasah kalau dari sini.

Setelah sepakat, kami pun pulang. Tentunya ongkos yang kami bayar lebih mahal dibanding dengan bis yang biasa kami naiki. Tapi ini pun sudah syukur dapet Tramco. Dan syukur lagi mobil ini melaju kencang dan kami tidak perlu lama-lama untuk sampai ke rumah.

Langit sudah sangat gelap dan sunyi. Sudah memasuki dini hari saat kami sampai di rumah. Setelah ngobrol-ngobrol tidak lama dengan yang lain, aku pun merebahkan badan dan bersiap menuju alam mimpi. Cukuplah beberapa jam untuk istirahat hingga shubuh.

Zzz…

Pagi harinya, Kamis, 24 September 2015..

Cuaca cerah dan gema takbir berkumandang lebih keras hari ini.

Aku bersama teman-teman yang lain sudah bersiap-siap untuk shalat ‘Ied berjamaah. Kali ini, aku mendapat pengalaman lebaran baru. Yaitu… kami akan shalat ‘Ied di Masjid Ali Pasha! Yey!
Haha.

Masjid megah yang memiliki tinggi 171 kaki ini terletak di dalam lokasi benteng Shalahuddin Al-Ayyubi, tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami. Cukup naik mobil sekali. Di hari-hari biasanya, orang-orang yang ingin memasuki daerah ini harus merogoh kocek terlebih dahulu. Namun syukurlah kami dapat info kalo untuk shalat hari ini digratiskan masuk.

Shalat berjamaah beserta khutbah ‘Ied berlangsung khidmat dan tidak lama.

Tak ingin melewatkan momen yang jarang-jarang ini, tentunya kami sudah menyiapkan kamera masing-masing. Heh. Tapi sayangnya, ternyata penggratisan ini tidaklah gratis bebas begitu saja. Kami diminta untuk langsung pulang selepas shalat. Jadilah kami tidak terlalu puas untuk berfoto ria di berbagai sudut benteng ini. Sayang sekali. Padahal aku sudah memikirkan spot yang bagus untuk foto-foto.

Setelah itu kami juga menyempatkan untuk ke masjid Al-Azhar.

Sepulang dari sana, aku bersiap menuju basecampnya warga Sumatera Selatan di Hay-10. Sebenarnya di rumah kami memiliki agenda kumpul sendiri. Tapi aku memiliki tanggung jawab di kekeluargaan yang tidak enak ditinggalkan dan juga sudah memiliki janji dengan mereka lebih dulu.
Sesampai di Hay-10, teman-teman kekeluargaan sudah ramai berkumpul. Mereka rata-rata shalat ‘Ied di suq sayyarat. Di sana, beberapa orang sedang sibuk memegang mic dan gendang di aula depan, beberapa orang lagi sibuk memotong-motong daging kurban di aula bagian belakang.

Acara Open Housenya diadakan nanti malam selepas maghrib. Masih banyak waktu untuk mempersiapkannya.

Dan sampailah pada malam harinya… dan acara berlangsung dengan lancar… kemudian ditutup dengan makan sate! Yummy.

Udah, gitu aja ceritaku kali ini. Haha :D
____________________ _ _

Cerita sedihnya, baju baru kiriman Ibu yang sudah kusiapkan untuk acara ini ternyata ketinggalan di 
rumah. Hiks.

Jumat, 24 Juli 2015

Happy 'Ied Mubarak 1436 H, Semuanya!




Allahu Akbar3x wa lillahilhamd..
Taqabbalallahu minnaa wa minkum, shiyaamanaa wa shiyaamakum..

Selamat hari raya Idul Fitri, kawan-kawan semua.

Gema takbir hari raya 'Ied sudah berkumandang. Alhamdulillah masih diberi Allah kesempatan untuk mengambil berkah dari bulan Ramadhan dan bisa sholat 'Ied berjamaah tahun ini.

Hari ini, Jum'at bulan Juli 2015, tepat seminggu sejak kita beramai-ramai mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid di hari yang penuh kebahagiaan tahun ini.

Tahun ini juga aku masih di negeri ini, Negeri Para Nabi, Negeri Kinanah, atau Negeri yang juga sering disebut dengan Negeri Seribu Menara.

Di hari lebaran ini, senang, sedih, haru, semua terasa.

Senang, karena masih memiliki kesempatan menjalani bulan Ramadhan.
Sedih, karena tahun ini masih belum bisa pulang dan berkumpul dengan keluarga di rumah.
Haru, 'ala kulli hal tetap bisa menjalani ini semua bersama-sama dengan teman seperjuangan disini.

Oke, lanjut ke ceritaku ya. Seperti biasa aku ingin berbagi ceritaku disini.

Lebaran tahun ini -disini, setelah ditetapkan dari sidang itsbat- berlangung pada tanggal 17 Juli 2015.

Aku bersama beberapa teman yang lain pukul setengah enam pagi sudah berangkat dari rumah menuju lapangan suq sayyarat, tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku.

Aku sudah sedikit terlambat. Ketinggalan beberapa takbir.

Hanya beberapa menit saja kami sudah selesai melaksanakan shalat 'Ied. Dan setelah itu? semua orang mulai sibuk masing-masing. (Tahu sendirilah :D)

Kami pun tentu tidak ingin meninggalkan momen ini.

Lapangan Suq Sayyarat, Hayy-10
Kemudian, satu-persatu orang-orang meninggalkan lapangan. Teman-temanku yang lain juga sudah pulang. Aku juga ingin pulang. Tapi aku ada kewajiban lain yang harus dilakukan.

Yups, untuk lebaran tahun ini aku mendapatkan amanah untuk mendokumentasikan kegiatan shalat 'Ied mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Mesir.

Para mahasiswa sebenarnya untuk shalat 'Ied memang biasanya tersebar di beberapa tempat. Seperti aku sendiri dari tahun kemarin shalatnya di lapangan ini. Teman-teman yang lain ada juga yang shalat di Masjid Al-Azhar, ada juga yang di Alexandria dan beberapa juga di daerah-daerah luar Kairo. Tapi umumnya di Kota Kairo.

Akan tetapi, ada juga yang mengikuti arahan ketua PPMI -Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia- untuk shalat di Masjid As-Salam, Kairo. Yang harapannya agar seluruh mahasiswa bisa bertemu satu sama lain untuk bersilaturrahim. Karena memang diluar hari 'Ied ini semua memiliki kesibukannya masing-masing.

Shalat di Masjid As-Salam ini juga sudah menjadi tradisi mahasiswa Indonesia itu sendiri.

Masjid ini disewa oleh PPMI setelah orang-orang Mesir shalat 'Ied. Jadi mereka shalat lebih dulu baru kemudian dipakai kembali oleh mahasiswa Indonesia.

Walau sudah tahu arahan itu, aku tetap sengaja untuk shalat di lapangan terlebih dahulu karena panitia memang dihimbau mengambil shalat yang pagi hari sekali, gabung bersama orang-orang Mesir. Jadi saat teman-teman mahasiswa lain sedang shalat, kami bisa melakukan persiapan lain untuk kegiatan seusai shalat nanti.

Aku sendiri yang bertugas sebagai Divisi Dokumentasi sibuk mengambil beberapa gambar baik sebelum, saat mereka sedang shalat dan sesudahnya.


Takbiran sebelum shalat


Saat shalat

Mendengarkan khutbah oleh Ust. Mahmudi Muhson, Lc., MA.
Bermaaf-maafan
Setelah acara di dalam masjid, mahasiswa diminta untuk tidak langsung pulang karena sudah disiapkan makanan sederhana yang dikoordinir oleh PPMI melalui kekeluargaan-kekeluargaan mahasiswa.

Setelah itu? masih lanjut dong. Eksis-eksisnya kan belum :D

Aku juga nggak mau ketinggalan untuk momen ini. Kreatifnya, PPMI ada menyediakan framing poto ala Instagram gitu.

Nah, gini nih. Kreatif kan?
Selesai itu semua, yang lain pulang, aku pun juga pulang :D

Udah gitu aja ceritaku kali ini.
Semoga ada manfaatnya ya.

Dan aku juga mendoakan semoga kita kembali dipertemukan oleh Allah dengan bulan Ramadhan di tahun yang akan datang, Aamiin yaa Rabb.. :)

*Catatan:
Mahasiswi Indonesia juga shalat disini. Tapi aku nggak nyimpen fotonya. Ada panitia dokumentasi yang cewek yang nge-handle itu. (Ya iyalah. Masa aku :D)


Kamis, 25 Juni 2015

Ramadhan di Pondok dan di Mesir

Masjid pusat pondok. Masjid Al-Bukhori













Kamis, 25 Juni 2015-

Hari ini sudah masuk hari ke-8 puasa di bulan Ramadhan. Wah, nggak kerasa. Semoga hari-hari kita nggak lewat begitu saja ya. Hehe.

Ngomong-ngomong tentang puasa di Ramadhan, saat aku sendiri menyepi dan kemudian merenungi diri di sepertiga malam (ciee), aku pun kepikiran tentang saat-saat puasa di pondok dulu. Banyak hal yang memenuhi pikiranku dan aku pun pengen numpahin semua itu disini. Sekalian nostalgia gitulah walau cuma sekedar lewat tulisan.

Pertama-tama aku pengen nyeritain keseharian di pondok saat-saat bulan puasa ini.

Kita mulai dari sahur ya.
Kami mulai pergi ke dapur untuk sahur antara pukul 2 sampai paling lambat pukul setengah 4. Pukul 4nya sudah harus pergi dari asrama dan masih bisa tahajjud atau baca Qur'an di masjid sembari menunggu masuk waktu shubuh pukul setengah 5.

Selepas shubuh, kami tidak boleh kemana-mana dan harus menetap di masjid, baca al-Qur'an sampai pukul 7 pagi.

Biasanya pukul 7 itu kami sudah harus berada di kelas untuk sekolah. Tapi khusus Ramadhan, jam masuk sekolah dimundurkan ke pukul 8 pagi dan pulangnya saat azan zhuhur dikumandangkan. Hari biasa seharusnya pulang saat azan ashar, tapi dijeda dulu dengan makan siang dari habis zhuhur sampai jam 2 baru kemudian masuk lagi.

Ya semua itu agar santri tidak terlalu capek dan bisa lebih fokus ke baca al-Qur'an di masjid.

Nah, setelah ashar, kami juga nggak boleh langsung pulang ke asrama. Ada tausiyah Ramadhan dari ustadz. Biasanya sih tidak terlalu lama. Hanya setengah jam.

Selepas itu kegiatan bebas. Rata-rata cuma bersantai di asrama kemudian ke dapur pukul 5 sorenya untuk mengambil ta'jil dan makanan. Ada juga yang beli makanan tambahan lain di kantin.

Beberapa menit sebelum azan, santri sudah disuruh oleh kakak pengurus asramanya untuk duduk rapi di teras asrama sambil membawa ta'jilnya masing-masing dalam posisi sudah berwudhu.

Saat azan sudah berkumandang, santri cuma dikasih kesempatan untuk memakan ta'jilnya sampai lafadz azan 'Hayya 'alas sholah' aja. Jadi saat azan sudah selesai mereka sudah berada di masjid kemudian langsung maghrib berjamaah.

Eh, bentar-bentar, kenapa beberapa paragraf sebelum ini aku nggak make 'kami' tapi make kata 'santri' dan 'mereka'?
Hm.. ini sebenernya udah jadi rahasia umum sih. Jadi bukan berarti aku bongkar rahasia ya.
Jadi di cerita ini, aku nyeritain saat-saat aku dan temen-temen seangkatan dalam posisi pengurus atau kelas 3 aliyah.
Ya sebagaimana diketahui bersama kalo pengurus dan kelas 3 aliyah itu agak sedikit longgar peraturannya. Karena yang menegurnya cuma dari ustadz saja. Nggak mungkin kan adik kelas mau marahin kakak seniornya? Heh.

Jadi untuk kami yang pengurus atau 3 aliyah, biasanya kami tetap makan hingga azan selesai. Kemudian baru berangkat ke masjid sehingga bisa saja masbuq shalatnya. Tapi ya itu tidak semuanya juga sih. Contohnya bagian Tarbiyah atau bagian Keamanan atau Ta'mir. Mereka bahkan sudah stand by berbuka di masjid sebelum santri lain datang. Kebiasaan ini mebuat kami selalu dapat teguran dari ustadz. Sekali-kali menurut tapi tetap saja nantinya terulang lagi. (Dua paragraf ini bisa kalian abaikan saja. :D)

Sehabis pulang maghriban di masjid, kami pun melanjutkan makan di asrama hingga masuk waktu isya'.

Nah, setelah ini pun ada masalah baru muncul. Kalo di siang hari para santri menahan lapar dan kemudian ngantuk sepanjang pelajaran di kelas, malam harinya pun ceritanya tetap sama tapi kondisi perut yang berbeda.

Sudah mafhum kalo saat berbuka kita lebih mengutamakan nafsu ketimbang hanya melepas lapar dan haus. Oleh karena itu, banyak santri yang membeli makanan berlebihan di kantin dan pada akhirnya kekenyangan sebab mau tidak mau harus menghabiskan makanan-makanannya kalo tidak mau dibilang mubazir. Mau dikasih ke temen lain pun mereka juga sudah kekenyangan.

Semua itu berefek ke saat shalat berjamaah di masjid nanti.

Jadilah saat berdiri untuk shalat isya' dan tarawih para santri malas-malasan bahkan sampai tertidur berdiri. Hah.

Imam shalat tarawih dipondok biasanya sudah dibuatkan jadwal bergilirnya dari pusat dan ditempelkan di ruang ta'mir dan depan pintu masjid.

Ada cerita seru juga disini.

Biasanya di shalat tarawih ini, santri-santri mempunyai ustadz favoritnya sendiri untuk menjadi imam. Dan ustadz yang paling difavoritkan itu ustadz yang bacaanya cepat. Haha. Ini juga sudah jadi rahasia umum santri.

Panjang bacaan shalat biasanya paling sedikit setengah halaman sampai paling banyak sehalaman lebih. Tampak biasa saja sih. Tapi terasa beda ketika ustadz membacanya dengan penuh penghayatan.

Selepas tarawih berjama'ah kami duduk mendengarkan tausiyah Ramadhan lagi. Biasanya tausiyah yang setelah tarawih ini lebih seru dari tausiyah yang ba'da ashar. Tausiyah yang ini lebih terasa santai (mungkin karena perut sudah terisi) dan biasanya ustadz yang mengisi tausiyah juga memberikan beberapa game beserta hadiahnya.

Kemudian setelah itu para santri bubar --masih di masjid-- dan membentuk barisan sesuai asramanya masing-masing untuk tadarusan dan pengabsenan setelahnya. Dan ada juga beberapa santri yang dipercaya ustadz-ustadz untuk bergabung mengaji bersama mereka di ruang ta'mir yang memakai mic menara masjid.

Setelah pengabsenan, para santri pulang ke asrama masing-masing. Agendanya bebas. Jadi ada juga yang masih menetap di masjid untuk melanjutkan ngaji mereka.
Tapi lebih banyak lagi yang memilih untuk langsung pulang kemudian ngobrol dan pada akhirnya terlelap di ranjang hingga sahur esok hari.

Yups, itulah kegiatan sehari-hari kami para santri saat di pondok dulu.
_____________________________________________________________ _ _ _

Selanjutnya aku ingin nyeritain hal lain diluar kegiatan sehari-hari santri di bulan Ramadhan.

Yang pertama (ambil nafas dulu), Safari Ramadhan.
Kegiatan yang ini termasuk kegiatan yang menyenangkan bagi santri (terkhusus yang punya uang lebih). Safari Ramadhan ini yaitu kegiatan khusus di bulan Ramadhan yang diperuntukkan bagi para wali santri yang ingin mengadakan buka bersama di rumah mereka. Jadi, anak mereka diperbolehkan mengajak teman-temannya untuk buka bersama di rumahnya secara gratis, kemudian juga shalat isya' dan tarawih di masjid kampungnya. Dan setiap santri yang mengadakan safari Ramadhan, mereka juga akan ditemani oleh seorang ustadz yang akan menjadi imam di masjid kampungnya dan juga memberikan tausiyah Ramadhan.

Kegiatan safari ini hanya diperbolehkan untuk santri yang ke rumah wali santrinya tidak menghabiskan waktu perjalanan yang terlalu lama dari pondok. Atau singkatnya tidak perlu sampai menginap. Jadi selepas tarawih bisa langsung pulang lagi ke pondok tidak terlalu malam. Begitoh saudara-saudara. Heh.

Nah, santri-santri yang mengikuti safari ini hanya perlu membayar uang transportasinya saja. Jadi mereka akan sokongan untuk menyewa mobil.

Kedua, Dapet bukaan dari ustadz.
Tiap kelas memiliki gilirannya masing-masing untuk dapet jatah bukaan dari salah satu ustadz di pondok dan sudah ditentukan jadwalnya.
Misalnya, kelas 3-A tsanawiyah akan dapat bukaan dari ustadz Firman tanggal sekian.
Ini juga menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh santri dan juga ada ustadz-ustadz favoritnya. Tentu saja yang menjadi favorit itu ustadz yang memberikan makanan yang selain lezat juga banyak dan beraneka ragam. Heh.

Ketiga, Buka bersama per-komunitas masing-masing.
Di pondok kami, setiap santri memiliki komunitasnya masing-masing berdasarkan asal daerah mereka. Kami lebih sering menyebutnya dengan 'Konsulat'.
Jadi misalnya hari ke-9 Ramadhan, konsulat palembang akan mengadakan ifthar jama'i di Aula Darul Arqam. Hari ke-10nya konsulat Luar Provinsi --ini adalah konsulat untuk santri-santri yang berasal dari luar wilayah Sum-Sel-- ifthar jama'i di Villa besar belakang. Dan begitupun yang lainnya.

Kegiatan ifthar jama'i seperti ini sebenarnya sudah biasa dilaksanakan diluar Ramadhan untuk puasa-puasa sunnah. Tapi tentu saja rasanya berbeda ketika dilaksanakan saat bulan puasa khusus.

Salah satu villa di bagian belakang pondok. Anginnya sejuk lho disini
Keempat, Piket pondok dan I'tikaf (Ini khusus kelas 3 Aliyah saja)
Para santri biasanya hanya menghabiskan Ramadhan di pondok 20 hari awal saja. 10 hari terakhir mereka diberi izin untuk pulang. Tapi ini tidak berlaku untuk para santri kelas 3 Aliyah. Kami diharuskan untuk masih menetap di pondok 3 hari setelah santri lain pulang. Di 3 hari itu kami diharuskan untuk i'tikaf alias menghabiskan hari di masjid saja. Termasuk buka pun di masjid --tapi di bagian belakangnya.
Jadi kami dibagi 3 kelompok untuk 3 hari itu yang tugasnya menyiapkan makan sahur dan makanan untuk buka puasa bagi yang i'tikaf secara bergantian.

Dan juga kami memiliki jadwal tahajjud berjama'ah. Biasanya bacaan tahajjud ini lebih panjang dan lebih dihayati oleh sang imam. Hmm.

Setelah 3 hari i'tikaf di masjid, kami pun dibagi menjadi 2 kelompok untuk piket pondok. Piket pondok disini maksudnya itu orang-orang yang harus menetap di pondok dan bertugas menjaga keamanan serta kebersihan pondok dalam jangka waktu yang sudah ditentukan oleh pondok.

Dua kelompok ini dibagi berdasarkan waktu piketnya. Untuk kelompok pertama akan piket atau menetap di pondok hingga sehari sebelum lebaran tiba. Baru kemudian mereka diizinkan untuk pulang ke rumah. Biasanya kelompok pertama ini yang rumah mereka tidak terlalu jauh dari pondok.

Aku masuk yang kelompok kedua. Kelompok kedua ini pulang ke rumah setelah 3 hari i'tikaf dan kembali lagi ke pondok di hari ke-3 lebaran dan piket hingga para santri balik ke pondok lagi 10 syawalnya alias tidak pulang ke rumah lagi.

Kemudian... satu lagi.

Yang kelima, SMA lain datang ke pondok dalam kegiatan Pesantren Kilat.
Kegiatan ini biasanya datang dari SMA 1 Kayu Agung, OKI.

Mereka datang di pertengahan Ramadhan. Para santri kilat itu akan mengikuti hampir semua kegiatan santri pondok pada umumnya. Bedanya mereka memiliki menu sahur dan bukanya sendiri yang sudah disiapkan khusus. Juga saat santri pondok pergi sekolah, mereka juga belajar tapi tidak ikut belajar di kelas. Mereka akan belajar di Aula Darul Arqam. Ada ustadz khusus yang akan membimbing mereka.

Mereka datang per-angkatan. Setiap angkatan itu hanya menghabiskan waktu 2 hari saja di pondok.

Kantor Pusat Administrasi. Aula Darul Arqam di lantai 2nya
Yah, demikianlah. Itu saja sudah cukup untuk diceritakan kali ini. Terima kasih sudah membaca cerita panjang kali lebarku ini.
Ditulisnya cerita ini karena keinginan pribadi yang ingin bernostalgia (ada beberapa bagian yang bahkan aku sudah lupa dan kemudian bertanya dengan teman-teman senasib) dan juga adanya keinginan untuk sharing cerita dan pengalaman.

Oke, sampai jumpa di cerita-cerita absurdku berikutnya. Karena niatnya sih selanjutnya pengen nyeritain tentang pengalaman menjalani puasa Ramadhan di Mesir ini. :D

*Catatan kaki (Sekilas Info):
Bagi yang belum tau, aku dulu --eh, kemarin ding. Make kata dulu kayak udah lama banget-- mondoknya di Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga, Sumatera Selatan.
Kalo mau tau lebih jauh tentang pondok kami ini, kunjungin aja ke FBnya langsung. Kalo Webnya sedang dalam perbaikan. Klik disini.

Dah, itu aja. :)


Senin, 01 Juni 2015

Ujian Selesaiii















Ahad, 31 Mei 2015 -

Dimana-mana dan siapapun orangnya, kalo sehabis melewati suatu ujian pasti merasa lega.
Nah, tak terkecuali aku. Lega banget rasanya setelah tadi siang menghabiskan madah ujian terakhir termin dua ini.

Ujian lisan dimulai dari tanggal 11 kemarin, terus ada jeda 6 hari untuk bersiap menjalani ujian tulis.
Kemudian lanjut ke ujian tulis yang menghabiskan waktu sekitar 2 minggu (tanggal 17-31). Alhamdulillah semuanya sudah dilalui.

Jauh sebelum ujian-ujian dimulai pun, otak sudah tegang mikirinnya. Dimulai dari sibuk membaca sambil memahami kitab-kitab muqorror ujian, kemudian mentalkhisnya dan kemudian dihafal.

Sedikit ingin ngebandingin antara fakultas Syari'ah dengan Ushuluddin, kitab-kitabnya fakultas Syari'ah itu lebih tebal dibanding Ushuluddin, tapi juga fakultas Ushuluddin punya madah yang lebih banyak dibanding dengan Syari'ah. Hm.. ya kurang lebih ada enak-nggak enaknya masing-masing lah. Heh.

Nah, karna perbedaan itulah, nggak enaknya bagi Syari'ah, ada begitu banyak pembahasan yang harus difahami dalam satu kitab yang buat otak njlimet-njlimet --nggak tau ini bahasa dari mana.
Tapi enaknya, ya karna madah kami lebih sedikit jadinya ujian kami pun selesai lebih awal. Hehe. Ada perbedaan seminggu antara kami dengan mereka dalam masa-masa imtihan.

Nah, di ujian termin dua ini juga ada nizhom atau peraturan baru yang sudah ditetapkan untuk mahasiswa Azhar terutama anak-anak Syari'ah.

Biasanya, dari tahun-tahun sebelumnya, jadwal ujian untuk mahasiswa Syari'ah itu antara satu madah dengan madah yang lain berjarak 2-3 hari --karna kitab-kitabnya yang tebal itu. Tapi untuk sekarang semua fakultas diberlakukan hal yang sama. Jadi jarak dalam jadwal mata ujian hanya sehari-sehari. Waw.
Satu lagi, waktu mengerjakan ujiannya pun dikurangi dari 3 jam ke 2 jam saja.

Dan khusus untuk yang tingkat 1, yang termin 1 kemarin ujiannya dimulai pukul setengah dua siang, di termin dua ini mulainya pukul 3 sore.

Bagiku sendiri sih ini pilihan yang menguntungkan. Karna sekarang ini Mesir lagi musim panas, bro.
Nggak bisa dibayangin berangkat ke kampus pukul 12 siang --jarak dari rumahku ke Azhar kurang-lebih 1 jam.

Nah, bicara soal musim panas, walau aku berangkat ujiannya sekitar pukul setengah dua siang yang bukan di pukul 12 tepat, terik matahari tetap saja menyengat tajam. Dan yang sedikit disayangkan dari musim panas ini yaitu angin yang menerpa pun juga ikut-ikutan panas.
Dan penderitaan belum selesai jika ditambahkan dengan harus menaiki bis ke kampus yang biasanya selalu ramai, selama satu jam.
Ditambah lagi kalo nggak dapet tempat duduk. Fiuhh~
Ya begitulah ujian disini. Double ujiannya.

Perbandingan lagi antara fakultas Ushuluddin dengan Syari'ah, untuk ujian mereka mulainya pagi hari sedangkan Syari'ah siang harinya.
Ini juga masing-masing ada enak-nggak enaknya.
Bagi Ushuluddin yang ujiannya pagi, ini menguntungkan mereka ketika musim panas.
Dan bagi Syari'ah yang ujiannya siang, ini menguntungkan mereka ketika musim dingin.
Hm.. adil lah.

Selama menjalani hari-hari ujian termin dua ini, bagiku hari-hari selalu panas. Dan terkadang aku juga mengalami seluruh penderitaan yang sudah aku tuliskan diatas tadi.
Tapi cuaca sedikit berbeda di dua ujian terakhirku. Cuacanya sedang saja bahkan bisa dibilang sejuk.
Alhamdulillah.
Padahal sebelumnya aku sempat cemas ketika sehari sebelum ujianku yang nomor 2 terakhir ini cuaca Kairo sedang buruk-buruknya. Panas hari itu awalnya diperkirakan sampai 45 derajat celcius! tapi sedikit meleset yaitu 43/44 derajat celcius. Kairo benar-benar panas.

Berdasarkan itu, aku berfikir bahwa besoknya saat aku ujian nanti cuaca Kairo bakal lebih buruk lagi.
Tapi alhamdulillah jauh dari perkiraan. Kairo cuacanya cerah dan sejuk.

Hm.. ya beginilah cerita suka-duka ujianku kali ini.

Lalu, bagaimana hasil ujiannya?
Nah, mohon doanya saja ya teman-teman sekalian semoga aku dan kawan seperjuangan yang lain mendapatkan hasil yang memuaskan.
Karna menurut cerita kakak-kakak senior, banyak mahasiswa yang sudah merasa yakin dengan jawabannya ternyata malah rasib atau gagal di mata ujian itu. Dan ada juga yang sebaliknya merasa akan gagal ternyata najah atau lulus dan naik ke tingkat selanjutnya.

Oleh karna itu nasihat mereka, jangan sombong-sombong dulu setelah melewati ujian. Tetap tawakkal dan terus berdoa semoga diberi nilai yang terbaik.

Jadi, doakan kami ya teman-teman. :)

______________ _ _
madah: pelajaran
muqorror: diktat kuliah
talkhis: ringkasan

Selasa, 12 Mei 2015

Curhat Ujian Lisan Pertama Di Al-Azhar

Komplek Universitas Al-Azhar beserta masjid
Senin, 11 Mei 2015 -

Huahh, nggak terasa kami sudah ujian lagi. Rasanya baru minggu kemarin selesai ujian tengah tahunnya.
Tapi 'ala kulli hal, alhamdulillah aku masih diberi kesempatan berada di Bumi Kinanah ini dan bisa mengikuti ujian.

Hari ini aku ada jadwal ujian lisan. Tapi tidak semua mahasiswa Azhar yang mengikuti ujian hari ini. Kami memiliki jadwal ujian masing-masing sesuai fakultas dan tingkat kelasnya.

Aku sekarang duduk di tingkat 1 fakultas Syari'ah Islamiyah.
Yup, hari ini salah satu yang ujian yaitu mahasiswa Syari'ah tingkat 1.

Aku termasuk yang datang lebih awal di kampus. Jam 10an. Karna beberapa hari kemarin aku dapet info di grup FB yang bilang kalo ujian lisannya dimajukan sebelum zhuhur. Tapi ternyata ujiannya dimulai setelah zhuhur. Sedikit kesel sebenernya. Kenapa juga aku langsung percaya. Karna memang di jadwal resmi yang ditempel, ujian akan dilaksanakan jam 12 setelah zhuhur.

Lumayan lama aku menunggu di depan gedung fakultas --bahkan sampai menguap beberapa kali. Semalam aku kurang tidur untuk nyiapin ujian hari ini.
Ya agar tidak hanya sekedar menunggu aku pun memilih untuk muraja'ah Qur'an saja. Al-Qur'an salah satu madah yang akan diujikan hari ini. Untuk tingkat 1 seperti aku yaitu hafalan Al-Qur'an juz 1.

Nah, untuk batas pengujian Al-Qur'an, ada sedikit perbedaan yang diterapkan oleh pihak Azhar yaitu, untuk mahasiswa seperti aku yang bukan mahasiswa pribumi Mesir --mahasiswa-mahasiswa non-Arab-- kami diharuskan menghafal hanya 1 juz disetiap tingkatnya dimulai dari awal Al-Qur'an dan seterusnya. Jadi, tingkat 1 menghafal  juz 1, tingkat 2 menghafal  juz 2 dan begitu seterusnya sampai tingkat akhir.

Berbeda dengan mahasiswa asli dari Mesir, mereka lebih banyak dari kami. Mereka diharuskan menghafal 7 setengah juz untuk setiap tingkatnya. Jadi 4 tahun di S1 Azhar ketika lulus, mereka selain mendapat gelar Lc., mereka juga mendapat gelar Al-Hafidz. Tapi, walau diharuskan hafal 30 juz agar lulus dari Azhar, mahasiswa Mesir ini tetap saja banyak. Salut untuk mereka yang sanggup untuk itu.

Nah, beda lagi dengan mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari negara-negara Arab yang non-Mesir seperti Saudi, Yaman, Libia, dll., mereka diharuskan menghafal Al-Qur'an 3,5 juz untuk setiap tingkatnya.

Ya perbedaan ini dibuat karena memang pihak Azhar melihat kemampuan masing-masing mahasiswa itu juga.
Pintu masuk gedung fakultas Syari'ah
Azan zhuhur berkumandang. Pintu gedung tempat ujian kami sudah dibuka. Sebelum masuk aku memastikan dulu dimana ruang ujianku. Sip. Ruang ujianku berada di lantai 3 ruang 9. Aku pun mengambil wudhu' dulu dan sholat di musholla yang ada di lantai 2. Selesai sholat aku segera naik ke lokasi ujian.

Beberapa ruangan lain sudah mulai ujian. Ruanganku? sedikit ada masalah yang akhirnya kami harus mondar-mandir dulu dan menunggu.

Itu tidak terlalu lama, beberapa teman kelasku kemudian sudah banyak yang masuk dan akhirnya selesai diuji.
Sistem ujian lisan disini simpel sekali, yaitu siapa yang sudah siap silakan masuk untuk menghadap duktur penguji. Masuknya berdua dengan mahasiswa lain. Tapi tidak selalu juga sih. Ada juga yang bertiga. Lebih tepatnya terserah yang menguji.

Aku memilih tidak langsung masuk tapi membaca ulang lagi madah-madah yang akan diujikan.
Adapun madah yang akan diuji untuk kami yaitu selain Al-Qur'an juga ada madah Fiqih, Ushul Fiqih dan Fiqih Muqoron atau Fiqih perbandingan.

Tanpa sadar, orang-orang mulai sedikit. Kami yang di akhir-akhir inipun sudah dipanggil-panggil oleh penguji. Bismillah, aku pun masuk ke ruang ujian.

Di ruang ujian kami itu ada 3 duktur penguji. Aku kebagian yang dibarisan belakang. Berdua dengan temanku.

Madah pertama yang diuji ke kami yaitu Al-Qur'an. Temanku yang diminta pertama untuk menyambung ayat yang dibaca duktur kemudian aku disuruh melanjutkan darinya dan kemudian dibalik, aku yang duluan dan dia yang disuruh menyambung selesainya aku. Kemudian baru di suruh menyambung satu-satu.
Setelah itu, masuk ke pertanyaan tentang ta'rif-ta'rif madah Fiqih dan Ushul Fiqih dan juga pertanyaan dari Fiqih Muqoron.

Dan ujian pun selesai alhamdulillah. Lega banget rasanya. Jujur saja, aku ini termasuk orang yang sangat gugup untuk hari-hari pertama ujian. Ini sudah kebiasaan dari pondok dulu. Jadi setiap selesai ujian itu terasa sangat beda sekali. Sangat-sangat lega. Apalagi kalo lancar dalam menjawab pertanyaan-pertanyaannya.

Hm.. adapun untuk cerita bagaimana jawaban-jawabanku di ujian lisan tadi, doakan saja ya semoga aku mendapatkan nilai yang terbaik. Aamiiin yaa Rabb... :D

Oke, itu saja yang ingin aku ceritakan disini. Sampai bertemu dengan cerita-ceritaku selanjutnya ya.

Jumat, 10 April 2015

Tanta dan Tafahna (II)

Rabu, 18 Maret 2015 -

Huahh, udara pagi tafahna seger banget.

Kami pergi keluar rumah. Ada agenda main futsal pagi ini. Rame-rame bareng temen-temen yang lain kami menuju lapangan futsal deket gerbang masuk desa. Kami diajak jalan ngelewatin sawah-sawah. Asik banget. Tembus sana-sini yang ternyata ngelewatin samping gedung Universitas Al-Azhar Tafahna. Banyak mahasiswa-mahasiswi mesir yang berjalan disamping kami sambil membawa beberapa kitab di tangan mereka.

Belum puas nikmatin perjalanan keliling-kelilingnya, tapi kami sudah sampai di lapangan. Ya mau nggak mau main dulu. Temen-temen yang cewek milih untuk nontonin aja tapi ada juga yang inisiatif main domino. Ada banyak meja disamping lapangan yang bisa dipakai.

Momen spesialnya ada setelah ini. Puas dari main bola, kami diajak lagi jalan-jalan ngelewatin sawah, sambil foto-foto pastinya. Hehe.





Masih melalui jalanan sawah, kami pun diajak ke warung yang menjual makanan khas mesir, yaitu fuul. Fuul itu sejenis kacang-kacangan, cara penyajian makanan ini sederhana aja, cuma diolah dan dihancurin lalu dikasih bumbu-bumbu yang sederhana dan khas Mesir. Nah, yang spesial dari ini, konon katanya -kata mahasiswa disini- fuul disini itu merupakan fuul terenak di Mesir. Wow, makin nggak sabar jadinya.

Akhirnya kami sampe di warung itu. Warungnya nggak jauh disamping gedung Al-Azhar tadi. Disana, kami mulai cari posisi duduk masing-masing. Makanan udah dipesen.


Nah, diatas meja itu selain ada fuul, ada juga 'isy (roti bundar khas arab), Tha'miyah (Tha’miyah itu terbuat dari kacang fuul putih dicampur dengan beberapa jenis rempah dan sayur-sayuran, lalu diblender sedang menyerupai adonan tepung. Adonan tadi sebelum digoreng, dibentuk dengan berbagai motif sesuai selera lalu dicemplung ke dalam minyak panas, seperti halnya nggoreng pergedel), ada juga tursi/salatah (acar rasa asem dari wortel, cabe, lemon, dll).

Nah, cara makan semua itu, dimulai dari 'isy kita sobek kemudian masukkan tho'miyah didalamnya terus oleskan ke fuul tadi. Sambil menggigit semua itu tadi, bisa diselingin dengan makan tursi. Nah lengkap udah kenikmatan itu. Yummi.

Tapi.. hm.. oke. Aku pengen jujur. Sebenarnya aku bukan termasuk orang yang suka makan fuul dan tursi --yang lain juga banyak yang nggak suka. Heh. Jadi ya aku hanya makan 'isy dan tho'miyahnya saja. Oh iya ada lagi namanya itu misa'ah (Sambal tomat dalemnya ada campuran terong, kentang, dll). Nah, kalo yang lain nyelupinnya ke fuul, aku nyelupinnya ke misa'ah itu. Jadi aku nggak bisa ngebuktiin apa fuul disini emang yang terlezat di Mesir apa nggak. Sesekali emang aku coba, tapi tetap aja aneh rasanya.

Selepas kenyang dari makan disana, kami lanjut jalan lagi. Kali ini kami diajak ke kebun jeruk. Waw. Ini lebih nyenengin bagiku. Karna di Indonesia dulu aku nggak pernah ngelihat-lihat kebun jeruk langsung.

Kebun jeruknya luas. Tapi sayangnya kami disana cuma bisa ngelihat aja atau intinya jangan dipetik apalagi dimakan karna itu kebun bukan punya mahasiswa sana. Tapi yah itu cukuplah untuk kami. Cukup karna bisa bernarsis ria. Hehe



Kebunnya masih basah. Kayaknya abis disiramin. Yah jadilah kami keluar dari sana dengan lumpur tebal yang menempel di alas kaki.

'Ala kulli hal. Pagi ini puas sekali. Dan sore harinya kami pamit pulang ke Kairo.

Rihlah Sa'iidah, alhamdulillah :)

Bersama Kawan-kawan DPD Tafahna

 
biz.